Minggu, 02 Juni 2013

Psikologi Kualitatif

CATATAN REFLEKSI

Pendahuluan
Atika Sari yang akrab di panggil Ay ini anak ke-2 dari 3 bersaudara. Lahir di Pekanbaru, 28 April 1992. Lahir dari seorang Ibu yang mandiri, kuat, tangguh dan sabar “Pratiwi”. Pengalaman pernah merasakan pahitnya permainan dunia ini mengukir sang Ibu menjadi sosok yang pelindung sejati bagi anak-anaknya, dan rela mengorbankan apa pun.
Latar Belakang
Ay adalah anak yang cerdas dan mahu berteman dengan siapa saja tanpa melihat latar belakang pendidikan, ekonomi atau pun latar belakang kehidupan orang-orang sekitarnya. Dengan keterbatasan dan kesulitan yang dimilikinya untuk menghafal dan mengingat dikarenakan kecelakaan yang pernah dialaminya, ia tetap gigih  untuk belajar dan memperoleh nilai yang sangat memuaskan. Dalam kegiatannya yang padat, ia mampu untuk bersosialisasi dan memiliki hubungan baik dengan sahabat-sahabatnya.
Perjalanan Hidup
 Hidup dengan dukungan penuh motivasi dari orang tua menjadikan Ay sebagai anak yang mandiri, cerdas, tangkas, aktif dan selalu penuh dengan percaya diri. Ayi pernah sekolah di salah satu TK di Pekanbaru selama setahun, kemudian melanjutkan pendidikan ke SDN 003 Sail Gobah sampai kelas 3 SD. Di SD yang penuh memori masa kanak-kanak yang menyenangkan ini Ay dan teman-temannya pernah di suruh mengganti  kaca sekolah tetangga yang pecah akibat permainan bola gebok. Saat itu Ay kecil yang nakal dan aktif berusaha menghindari lemparan bola dari temannya dengan berlari ke arah SD sebelah yang tidak di batasi oleh pagar pembatas. Saat temannya mencoba melempar bola ke arahnya, ia berhasil menghindar dan bola tersebut mengenai kaca sekolah hingga pecah, sehingga mereka di panggil kepala sekolah dan harus mengganti rugi atas ulah mereka.
Ketika kenaikan kelas 4, ayah Ay naik jabatan dan harus bertugas di kota Tanjung Balai, dan mereka sekeluarga pindah ke sana. Dan disini taraf kehidupan keluarga Ay dari yang biasa-biasa saja menjadi lebih berkecukupan. Di tempat baru itu lah Ay kemudian melanjutkan pendidikannya di SDN 001 Tanjung Balai. Di sekolah yang baru ini Ay tidak mengalami kesulitan untuk beradaptasi karena ia tipe anak yang supel dan aktif sehingga dengan mudah dan cepat ia mendapatkan banyak teman baru. Di sekolah yang baru ini ia juga selalu mendapat juara kelas dan pernah di tunjuk menjadi ketua kelas. ia juga selalu mewakili sekolahnya untuk mengikuti cerdas cermat dari antar sekolah sampai se-Riau (pada saat itu Kepri dan Riau masih bersatu). Pengalaman lain yang juga ia dapatkan di suruh menjadi pemimpin upacara pada hari jum’at (pada waktu itu ada hari besar yang jatuh di hari jum’at sehingga upacaranya pun dilakukan pada hari jum’at). Dengan pakain adat melayu yang panjang dan besar serta menggunakan jilbab ia memimpin upacara.
Setelah tamat dari SD dengan nilai yang sangat memuaskan Ay melanjutkan ke SMPN 1 Tanjung Balai Karimun. Hampir sebagian besar proses pendaftaran di lakukan oleh Ay sendiri dengan tetap di dampingi oleh sang Ibunda. Di kelas 1 kegiatan pertama yang sering dilakukannya adalah mengirim cerpen, pantun, puisi dan karya tulis lain yang selalu di muat di mading sekolah. Dan hal ini membuatnya mendapatkan piagam penghargaan penulis dan karya tulis terbaik. Karena prestesinya ia dipercaya oleh kakak kelasnya untuk menjadi anggota OSIS di bidang mading. Di kelas 2 SMP ini, jabatan keanggotannya di angkat menjadi ketua mading. Ia juga pernah dipercaya untuk menjadi salah satu peserta vocal grup dari SMP-nya untuk mewakili Tanjung Balai untuk mengikuti PORSIMA (Pekan Olahraga dan Seni) dan mendapat peringkat ke-4. Banyak prestasi yang telah di raih oleh Ay pada masa itu, seperti Juara 3 senam Zapin (grup), juara 2 lomba festival Band (personal) dan lain-lain. Dikarenakan banyaknya aktifitas yang digeluti, membuat Ay jatuh sakit dan setelah diperiksa ternyata ia menderita  tipus sehingga harus di rawat di rumah sakit selama 4 hari. Ketika ia kembali ke sekolah ia di calonkan menjadi calon ketua OSIS bersama 4 sahabatnya yang lain (Satria, Okta dan Hendri), dan satu teman lainnya (Ove) mencalonkan diri. Saat itu Ay memiliki pacar, seniornya di sekolah. Dan saat kampanye pacar Ay sambil bercanda mempromosikan Ay kepada teman-teman sekelasnya untuk memilih Ay dengan nada sedikit mengancam juga memaksa. Pada hari pemilu, akhirnya yang menang adalah Satria. Okta menjadi wakil ketua Osis dan Ay sendiri menjadi sekertaris. Jabatannya di ketua mading tetap dijalaninya, karena pada saat itu tidak ada yang bisa memegang kendali mading. Selain berprestasi di akademik, Ay juga aktif di luar bidang akademik.
Dengan sifat supelnya ia memiliki pergaulan yang luas, dari anak-anak sekolahan, hingga anak-anak punk dan pembalap liar. Sampai suatu ketika Ay mengalami kecelakaan perdana yang mengawali Ay menjadi anak yang bandel. Kecelakaan tersebut ia alami sehabis menjemput adiknya disekolah, diperjalanan pulang dengan hp ditangan ia melaju hingga tidak sadar bahwa semua kendaraan yang berada di depannya berhenti sejenak sehingga mengakibatkan ia terkejut, terjatuh dan terseret dengan sendirinya. Hal ini mengakibatkan kakinya tergores dan kaki adiknya terkena knalpot. Akan tetapi yang ia sesali bukan kakinya atau kaki adiknya. Yang dia sesali adalah ia batal memiliki motor dinamik yang telah ia tunggu selama 2minggu. Selain batal membeli motor, hp yang biasa digunakannya ditahan oleh Ayahnya untuk beberapa saat, namun  yang lucunya sang Ayah kemudian mengembalikan hp tersebut karena beliau sulit untuk mengetahui keberadaan anaknya yang bandel ini. Beranjak memasuki kelas 3 SMP, ia masih tetap bertahan dengan kebandelannya dan ketika itu ia mengalami kecelakaan lagi. Pada saat itu lebaran hari ke-2 ia izin kepada orang tua untuk pergi ke rumah guru-guru,tetapi ketika hampir masuk ke pagar rumah guru ia mendapat sms dari teman yang mengajaknya pergi ke pantai, tanpa pikir panjang lagi ia langsung merubah haluannya dan langsung menuju ke pantai. Sepulangnya dari pantai ia mengalami kecelakaan yang lagi tepat didepan kantor polisi. Ia mengalami kejang dan nafasnya sempat berhenti kemudian mendapatkan pertolongan dari polisi yang ternyata adalah teman ayahnya. Setelah itu ia di bawa kerumah sakit dan diketahui ia mengalami geger otak ringan. Ketika sadar ia dibawa ke mobil menggunakan kursi roda karena masih sulit untuk menyeimbangkan tubuh. Sesaampainya di depan rumah ia merasa pusing dan mual kemudian muntah kuning. Orang tuanya membawanya kembali kerumah sakit untuk di ronsen, setelah itu ia di rawat 2 hari di rumah sakit. yang membuat orang tuanya kewalahan.
Ketika ia kelas 3 SMP, dimana lagi sibuk untuk persiapan ujian, ia mengikuti program les di primagama untuk paket ujian masuknya dari jam 5 sore sampai jam 7 malam. Setelah les ia langsung ke Gor untuk mengikuti balap liar. 2 hari menjelang UN (Ujian Nasional), Ay di ajak oleh temannya untuk mendatangi pacar temannya yng ketahuan selingkuh. Awalnya ayah Ay melarang Ay untuk pergi keluar dan menyuruhnya belajar saja dirumah. Tapi karena sudah janji dengan temannya, Ay memutuskan untuk pergi keluar. Setelah urusan temannya selesai mereka pun beranjak pulang. Dengan perasaan yang marah, kecewa dan sakit, temannya mengendarai motor dengan kecepatan tinggi sehingga menabrak 2 pengemudi motor lainnya. Kebetulan sekali waktu itu pacar Ay ada di sekitar tempad terjadinya kecelakaan sehingga menjadi saksi ketika polisi datang. Ketika mengetahui Ayi kecelakaan lagi, mamanya histeris. Ketika sampai di rumah, orang tua Ay tidak berkomentar apa pun mengenai kecelakaannya kali ini, karena mereka tahu bahwa dalam 2 hari Ay akan menghadapi ujian. Akibat kecelakaan itu tulang bahu kanan teman Ay bergeser sehingga menyulitkan ia untuk mengisi lembar jawaban. Ketika ujian Ay duduk tepat sekali di depan pengawas ujian sehingga ia tidak dapat bergerak bebas dan hasil ujian itu murni dari hasil pemikirannya sendiri. Akhirnya ia lulus dengan nilai yang sangat memuaskan.
Dikarenakan suatu masalah yang di alami oleh Ayah Ay dengan pejabat setempat, akhirnya Ayah Ay memutuskan untuk pindah ke Tanjung Pinang. Ketika pindah mereka tinggal di hotel selama 4 bulan karena waktu itu belum punya rumah dan barang-barang juga masih ditinggal di rumah yang di Tanjung Balai.
Dengan nilai yang sangat memuaskan itu Ay dengan gampang dapat diterima di SMA setempat, tepatnya SMAN 1 Tanjung Pinang. Selama tinggal di tempat yang baru ini kehidupannya berubah total, dari yang awalnya bandel dan tomboy menjadi lebih feminim. Perubahan ini juga didukung oleh keluarganya. Di SMA ini tidak banyak kegiatan yang diikutinya, ia mencoba untuk menjadi siswa biasa. Hanya ada satu kegiatan yang diikutinya, yaitu PANSUS (pasukan khusus). Ia pernah di tawari untuk bergabung di PASKIB tapi ia menolaknya. Menurut Ay, ketika orang berpendapat bahwa masa SMA adalah masa yang indah, berbeda dengan Ay. Menurutnya masa yang indah adalah ketika di SMP. Karena ketika di SMP kita membentuk karakter dan di SMA adalah waktunya untuk meneruskan karakter tersebut. Setelah tamat dari SMA, Ay memutuskan untuk melanjutkan kuliah dengan prodi psikologi, tapi tidak disetujui oleh Ayahnya. Karena menurut Ayahnya bila ia mengambil prodi ini akan sulit nantinya ketika ia mencari pekerjaan. Tapi bukan Ay namanya bila ia tidak bisa mempertahankan keputusannya. Ia tetap yakin dengan pilihannya itu dan akhirnya Ayahnya mengalah. Dengan tekat yang tinggi ia membuktikan kepada keluarganya melalui nilai-nilai bagus yang di perolehnya di akademis. Bahkan sekarang kedua orangtuanya sangat mendukungnya.

Di bangku perkuliahan ini ia kembali menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan kampus seperti berorganisasi dan kegiatan lain yang ia senangi. Karena menurutnya berorganisasi itu penting untuk memiliki pola hubungan yang baik dan latihan untuk memisahkan masalah pribadi dengan masalah organisasi.