CATATAN REFLEKSI
Pendahuluan
Atika Sari yang akrab di panggil Ay
ini anak ke-2 dari 3 bersaudara. Lahir di Pekanbaru, 28 April 1992. Lahir dari
seorang Ibu yang mandiri, kuat, tangguh dan sabar “Pratiwi”. Pengalaman pernah
merasakan pahitnya permainan dunia ini mengukir sang Ibu menjadi sosok yang
pelindung sejati bagi anak-anaknya, dan rela mengorbankan apa pun.
Latar Belakang
Ay adalah anak yang cerdas dan mahu
berteman dengan siapa saja tanpa melihat latar belakang pendidikan, ekonomi
atau pun latar belakang kehidupan orang-orang sekitarnya. Dengan keterbatasan
dan kesulitan yang dimilikinya untuk menghafal dan mengingat dikarenakan
kecelakaan yang pernah dialaminya, ia tetap gigih untuk belajar dan memperoleh nilai yang sangat
memuaskan. Dalam kegiatannya yang padat, ia mampu untuk bersosialisasi dan
memiliki hubungan baik dengan sahabat-sahabatnya.
Perjalanan Hidup
Hidup dengan dukungan penuh motivasi dari
orang tua menjadikan Ay sebagai anak yang mandiri, cerdas, tangkas, aktif dan
selalu penuh dengan percaya diri. Ayi pernah sekolah di salah satu TK di
Pekanbaru selama setahun, kemudian melanjutkan pendidikan ke SDN 003 Sail Gobah
sampai kelas 3 SD. Di SD yang penuh memori masa kanak-kanak yang menyenangkan
ini Ay dan teman-temannya pernah di suruh mengganti kaca sekolah tetangga yang pecah akibat
permainan bola gebok. Saat itu Ay kecil yang nakal dan aktif berusaha
menghindari lemparan bola dari temannya dengan berlari ke arah SD sebelah yang
tidak di batasi oleh pagar pembatas. Saat temannya mencoba melempar bola ke
arahnya, ia berhasil menghindar dan bola tersebut mengenai kaca sekolah hingga
pecah, sehingga mereka di panggil kepala sekolah dan harus mengganti rugi atas
ulah mereka.
Ketika kenaikan kelas 4, ayah Ay naik
jabatan dan harus bertugas di kota Tanjung Balai, dan mereka sekeluarga pindah
ke sana. Dan disini taraf kehidupan keluarga Ay dari yang biasa-biasa saja
menjadi lebih berkecukupan. Di tempat baru itu lah Ay kemudian melanjutkan
pendidikannya di SDN 001 Tanjung Balai. Di sekolah yang baru ini Ay tidak
mengalami kesulitan untuk beradaptasi karena ia tipe anak yang supel dan aktif
sehingga dengan mudah dan cepat ia mendapatkan banyak teman baru. Di sekolah
yang baru ini ia juga selalu mendapat juara kelas dan pernah di tunjuk menjadi
ketua kelas. ia juga selalu mewakili sekolahnya untuk mengikuti cerdas cermat
dari antar sekolah sampai se-Riau (pada saat itu Kepri dan Riau masih bersatu).
Pengalaman lain yang juga ia dapatkan di suruh menjadi pemimpin upacara pada
hari jum’at (pada waktu itu ada hari besar yang jatuh di hari jum’at sehingga
upacaranya pun dilakukan pada hari jum’at). Dengan pakain adat melayu yang
panjang dan besar serta menggunakan jilbab ia memimpin upacara.
Setelah tamat dari SD dengan nilai yang
sangat memuaskan Ay melanjutkan ke SMPN 1 Tanjung Balai Karimun. Hampir
sebagian besar proses pendaftaran di lakukan oleh Ay sendiri dengan tetap di
dampingi oleh sang Ibunda. Di kelas 1 kegiatan pertama yang sering dilakukannya
adalah mengirim cerpen, pantun, puisi dan karya tulis lain yang selalu di muat
di mading sekolah. Dan hal ini membuatnya mendapatkan piagam penghargaan penulis
dan karya tulis terbaik. Karena prestesinya ia dipercaya oleh kakak kelasnya
untuk menjadi anggota OSIS di bidang mading. Di kelas 2 SMP ini, jabatan
keanggotannya di angkat menjadi ketua mading. Ia juga pernah dipercaya untuk
menjadi salah satu peserta vocal grup dari SMP-nya untuk mewakili Tanjung Balai
untuk mengikuti PORSIMA (Pekan Olahraga dan Seni) dan mendapat peringkat ke-4.
Banyak prestasi yang telah di raih oleh Ay pada masa itu, seperti Juara 3 senam
Zapin (grup), juara 2 lomba festival Band (personal) dan lain-lain. Dikarenakan
banyaknya aktifitas yang digeluti, membuat Ay jatuh sakit dan setelah diperiksa
ternyata ia menderita tipus sehingga
harus di rawat di rumah sakit selama 4 hari. Ketika ia kembali ke sekolah ia di
calonkan menjadi calon ketua OSIS bersama 4 sahabatnya yang lain (Satria, Okta
dan Hendri), dan satu teman lainnya (Ove) mencalonkan diri. Saat itu Ay
memiliki pacar, seniornya di sekolah. Dan saat kampanye pacar Ay sambil
bercanda mempromosikan Ay kepada teman-teman sekelasnya untuk memilih Ay dengan
nada sedikit mengancam juga memaksa. Pada hari pemilu, akhirnya yang menang
adalah Satria. Okta menjadi wakil ketua Osis dan Ay sendiri menjadi sekertaris.
Jabatannya di ketua mading tetap dijalaninya, karena pada saat itu tidak ada
yang bisa memegang kendali mading. Selain berprestasi di akademik, Ay juga
aktif di luar bidang akademik.
Dengan sifat supelnya ia memiliki
pergaulan yang luas, dari anak-anak sekolahan, hingga anak-anak punk dan pembalap
liar. Sampai suatu ketika Ay mengalami kecelakaan perdana yang mengawali Ay
menjadi anak yang bandel. Kecelakaan tersebut ia alami sehabis menjemput
adiknya disekolah, diperjalanan pulang dengan hp ditangan ia melaju hingga
tidak sadar bahwa semua kendaraan yang berada di depannya berhenti sejenak
sehingga mengakibatkan ia terkejut, terjatuh dan terseret dengan sendirinya.
Hal ini mengakibatkan kakinya tergores dan kaki adiknya terkena knalpot. Akan
tetapi yang ia sesali bukan kakinya atau kaki adiknya. Yang dia sesali adalah
ia batal memiliki motor dinamik yang telah ia tunggu selama 2minggu. Selain
batal membeli motor, hp yang biasa digunakannya ditahan oleh Ayahnya untuk
beberapa saat, namun yang lucunya sang
Ayah kemudian mengembalikan hp tersebut karena beliau sulit untuk mengetahui
keberadaan anaknya yang bandel ini. Beranjak memasuki kelas 3 SMP, ia masih
tetap bertahan dengan kebandelannya dan ketika itu ia mengalami kecelakaan
lagi. Pada saat itu lebaran hari ke-2 ia izin kepada orang tua untuk pergi ke
rumah guru-guru,tetapi ketika hampir masuk ke pagar rumah guru ia mendapat sms
dari teman yang mengajaknya pergi ke pantai, tanpa pikir panjang lagi ia
langsung merubah haluannya dan langsung menuju ke pantai. Sepulangnya dari
pantai ia mengalami kecelakaan yang lagi tepat didepan kantor polisi. Ia
mengalami kejang dan nafasnya sempat berhenti kemudian mendapatkan pertolongan
dari polisi yang ternyata adalah teman ayahnya. Setelah itu ia di bawa kerumah
sakit dan diketahui ia mengalami geger otak ringan. Ketika sadar ia dibawa ke
mobil menggunakan kursi roda karena masih sulit untuk menyeimbangkan tubuh.
Sesaampainya di depan rumah ia merasa pusing dan mual kemudian muntah kuning.
Orang tuanya membawanya kembali kerumah sakit untuk di ronsen, setelah itu ia
di rawat 2 hari di rumah sakit. yang membuat orang tuanya kewalahan.
Ketika ia kelas 3 SMP, dimana lagi
sibuk untuk persiapan ujian, ia mengikuti program les di primagama untuk paket
ujian masuknya dari jam 5 sore sampai jam 7 malam. Setelah les ia langsung ke
Gor untuk mengikuti balap liar. 2 hari menjelang UN (Ujian Nasional), Ay di
ajak oleh temannya untuk mendatangi pacar temannya yng ketahuan selingkuh.
Awalnya ayah Ay melarang Ay untuk pergi keluar dan menyuruhnya belajar saja
dirumah. Tapi karena sudah janji dengan temannya, Ay memutuskan untuk pergi
keluar. Setelah urusan temannya selesai mereka pun beranjak pulang. Dengan
perasaan yang marah, kecewa dan sakit, temannya mengendarai motor dengan
kecepatan tinggi sehingga menabrak 2 pengemudi motor lainnya. Kebetulan sekali
waktu itu pacar Ay ada di sekitar tempad terjadinya kecelakaan sehingga menjadi
saksi ketika polisi datang. Ketika mengetahui Ayi kecelakaan lagi, mamanya
histeris. Ketika sampai di rumah, orang tua Ay tidak berkomentar apa pun
mengenai kecelakaannya kali ini, karena mereka tahu bahwa dalam 2 hari Ay akan
menghadapi ujian. Akibat kecelakaan itu tulang bahu kanan teman Ay bergeser
sehingga menyulitkan ia untuk mengisi lembar jawaban. Ketika ujian Ay duduk
tepat sekali di depan pengawas ujian sehingga ia tidak dapat bergerak bebas dan
hasil ujian itu murni dari hasil pemikirannya sendiri. Akhirnya ia lulus dengan
nilai yang sangat memuaskan.
Dikarenakan suatu masalah yang di
alami oleh Ayah Ay dengan pejabat setempat, akhirnya Ayah Ay memutuskan untuk
pindah ke Tanjung Pinang. Ketika pindah mereka tinggal di hotel selama 4 bulan
karena waktu itu belum punya rumah dan barang-barang juga masih ditinggal di
rumah yang di Tanjung Balai.
Dengan nilai yang sangat memuaskan
itu Ay dengan gampang dapat diterima di SMA setempat, tepatnya SMAN 1 Tanjung
Pinang. Selama tinggal di tempat yang baru ini kehidupannya berubah total, dari
yang awalnya bandel dan tomboy menjadi lebih feminim. Perubahan ini juga
didukung oleh keluarganya. Di SMA ini tidak banyak kegiatan yang diikutinya, ia
mencoba untuk menjadi siswa biasa. Hanya ada satu kegiatan yang diikutinya,
yaitu PANSUS (pasukan khusus). Ia pernah di tawari untuk bergabung di PASKIB
tapi ia menolaknya. Menurut Ay, ketika orang berpendapat bahwa masa SMA adalah
masa yang indah, berbeda dengan Ay. Menurutnya masa yang indah adalah ketika di
SMP. Karena ketika di SMP kita membentuk karakter dan di SMA adalah waktunya
untuk meneruskan karakter tersebut. Setelah tamat dari SMA, Ay memutuskan untuk
melanjutkan kuliah dengan prodi psikologi, tapi tidak disetujui oleh Ayahnya.
Karena menurut Ayahnya bila ia mengambil prodi ini akan sulit nantinya ketika
ia mencari pekerjaan. Tapi bukan Ay namanya bila ia tidak bisa mempertahankan
keputusannya. Ia tetap yakin dengan pilihannya itu dan akhirnya Ayahnya
mengalah. Dengan tekat yang tinggi ia membuktikan kepada keluarganya melalui
nilai-nilai bagus yang di perolehnya di akademis. Bahkan sekarang kedua
orangtuanya sangat mendukungnya.
Di bangku perkuliahan ini ia kembali
menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan kampus seperti berorganisasi dan
kegiatan lain yang ia senangi. Karena menurutnya berorganisasi itu penting
untuk memiliki pola hubungan yang baik dan latihan untuk memisahkan masalah
pribadi dengan masalah organisasi.