Nadia Rahmah
11061202395
PERAN CINTA MEMBENTUK PRIBADI YANG SEHAT
Cinta ? berperan untuk membentuk pribadi yang sehat ? memangnya bisa ?
Nah
dalam artikel kali ini saya akan menjelaskan bagaimana peranan yang
dilakukan oleh emosi positif satu ini “cinta” untuk membentuk pribadi
yang sehat. Sebelum itu kita mulai dulu dengan penjelasan apakah cinta
itu.
Manusia sebagai makhluk yang memiliki perasaan tentu mampu
merasakan cinta. Cinta melibatkan perasaan yang mendalam, meliputi rasa
ketidakegoisan serta komitmen, cinta juga masih menjadi misteri
tersendiri bagi kehidupan manusia. Cinta adalah komponen yang sudah ada
di dalam hidup, di mulai ketika manusia itu sendiri masih berada di
dalam kandungan, cinta dari ibu, ayah, saudara dan saudari.
Dari mana asal usul cinta ? Banyak lirik-lirik pada lagu cinta mengatakan bahwa cinta datang tiba-tiba. Apakah benar begitu ?
Secara
ilmiah, perasaan cinta dan kasih sayang yang timbul antara dua orang
yang berlainan jenis tidak terlepas dari peranan senyawasenyawa kimia
yang membentuk rasa cinta di antara keduanya. Salah satu senyawa
tersebut adalah feromon yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu phero
yang artinya pembawa dan mone yang artinya sensasi. Senyawa ini terutama
dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang aktif ketika dewasa. Menurut
para peneliti dan psikolog, senyawa feromon dapat mempengaruhi
hormon-hormon di dalam tubuh terutama otak kecil manusia yang diklaim
memiliki andil untuk menimbulkan rasa ketertarikan manusia pada manusia
yang lain, baik itu perasaan cinta, suka, dan saat memilih mana orang
yang dapat dijadikan teman yang cocok. Selain feromon, masih ada
hormon-hormon lain yang juga bekerja saat jatuh cinta.
Berikut
beberapa teori yang membahas tentang cinta : Teori perilaku mengatakan
bahwa cinta muncul akibat adanya penguatan positif yang dirasakan dalam
diri. Cinta hadir kepada orang lain karena orang tersebut selalu
memperhatikan atau menghargai kita. Teori kognitif mengatakan bahwa
cinta muncul karena kita berpikir bahwa kita mencintai. Jika kita
melakukan sesuatu tanpa diberikan apa pun dan kita masih melakukannya,
maka kita jatuh cinta. Penelitian menunjukkan bahwa pada saat kita
mengira seseorang menyukai kita, maka kita akan semakin mudah tertarik
padanya. Teori evolusi menyatakan bahwa karena pada dasarnya kita
membutuhkan perlindungan. Dengan cinta, kita mendapatkan pemenuhan atas
perlindungan, dan kita dapat bereproduksi serta mewariskan genetika
kepada generasi selanjutnya. Teori biologi menjelaskan cinta muncul
karena adanya feromon. Feromon adalah zat kimia yang dikeluarkan oleh
manusia dan hewan. Zat ini diproses di dalam hipotalamus, dan feromon
memengaruhi pilihan kita terhadap pasangan. Dengan kata lain, kita
tertarik pada lawan jenis karena tertarik terhadap feromon yang ia
keluarkan.
Dalam dunia ilmu pengetahuan, jatuh merupakan sebuah
fenomena yang memunculkan perdebatan hingga akhirnya dilakukan
penelitian oleh beberapa pakar mengenai manfaat dari jatuh cinta.
Beberapa ahli yang mengatakan tentang manfaat dari jatuh cinta yaitu Dr.
Helen Fisher, professor antropologi dari Rutgers University. Beliau
mengatakan bahwa, perasaan orang yang sedang jatuh cinta mirip dengan
mabuk narkoba jenis kokain. Karena saat orang sedang jatuh cinta otak
memproduksi hormon dopamin, serotin, endorphin dan oksitosin dalam
jumlah yang besar. Pada saat seseorang menyuntik dirinya dengan kokain,
hormon-hormon pada tubuh orang tersebut akan menimbulkan rasa senang dan
riang. Maka dari itu, semakin kuat cinta yang kita rasakan akan membuat
dopamin semakin deras mengalir sehingga menyebabkan euforia yang
berlangsung terus-menerus selama perasaan cinta itu masih ada. Fisher
melakukan penelitian secara ketat mengenai hubungan cinta antarmanusia,
pernikahan, serta kaitannya dengan aktivitas otak selama puluhan tahun.
Dari
segi medis (kesehatan), pengoptimalan pada unsur positif cinta dapat
membantu meredam efek samping dari akibat laju dopamin yang telah
mengalir deras tadi. Perasaan jatuh cinta yang menimbulkan hormon-hormon
menjadi aktif pada tubuh manusia membawa dampak positif bagi tubuh,
diantaranya yaitu:
1. Tubuh lebih sehat
Hasil dari penelitian
Florida State University pada tahun 2010 mengungkapkan bahwa pada orang
yang tidak memiliki pasangan atau single lebih beresiko mengalami
masalah fisik dan mental dibandingkan dengan orang yang telah memiliki
pasangan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa saat orang sedang di
mabuk cinta, tubuh akan merasa lebih berenergi dan bersemangat. Energi
positif yang timbul inilah yang nantinya mengalir ke dalam tubuh yang
akan meningkatkan daya tahan dan imunitas terhadap penyakit. Sebagai
contohnya pada orang yang memiliki pasangan akan lebih menyukai olahraga
untuk membentuk tubuh dan mengonsumsi makanan-makanan yang sehat untuk
menjaga kecantikan kulit.
2. Otak berfikir kreatif
Menurut
psikologi dari University of Amsterdam mengatakan bahwa saat orang
sedang kasmaran, mereka akan mempunyai pola pikir yang berbeda dengan
biasanya. Orang tersebut akan mempertimbangkan segala sesuatu dengan
seksama (berfikir details). Sebagai contohnya biasanya orang yang sedang
kasmaran pandai dalam merangkai kata-kata mutiara, puisi dll. Atau
dapat juga menjadi kreatif pada saat ingin memberikan kejutan kepada
pasangannya.
3. Penampilan fisik lebih menarik
Hormon-hormon cinta
pada umumnya juga membuat wajah orang yang sedang jatuh cinta menjadi
berseri-seri. Secara umum aura positif dari orang yang sedang jatuh
cinta lebih bersinar daripada biasanya. Orang yang sedang jatuh cinta
biasanya menjadi pribadi yang lebih ramah, murah senyum dan percaya
diri. Peningkatan hormon pada orang yang jatuh cinta membuat orang
tersebut ingin tampil lebih baik (lebih menarik) untuk menarik perhatian
dari orang dicintainya atau pasangannya.
4. Panjang umur
Journal
Aging and Health menyatakan pendapat bahwa hubungan dan perasaan cinta
dapat memperjang hidup sesorang. Orang yang memiliki pasangan cenderung
lebih bahagia daripada orang yang sendiri/single. Karena orang yang
memiliki pasangan mendapat dukungan dan perhatian dari orang yang
dicintai.
5. Melupakan rasa sakit
Jatuh cinta bisa membuat
seseorang melupakan rasa sakit. Terutama dalam hal ini biasanya
dilakukan untuk melupakan pasangan di masa lalunya, di mana orang
tersebut tidak berhasil dalam menjalin hubungan. Di lain hal itu, bagi
orang yang sedang jatuh cinta mereka memang cenderng lebih
mengesampingkan rasa sakit untuk mebuat bahagia pasangannya.
6. Membuat orang jadi murah hati
Sebuah
penelitian tahun 2007 yang dimuat jurnal Public Library of Science ONE
menemukan kesimpulan ini. Dalam penelitian, peserta diminta menghirup
oksitosin atau plasebo lewat hidung kemudian diminta membagi uang yang
dimiliki dengan orang asing. Penghirup oksitosin ternyata 80 persen
lebih murah hati. Agaknya, hormon ini mempengaruhi sikap altruisme.
7. Membuat gampang tidur
Oksitosin
dilepaskan di otak saat kondisi pikiran terbebas dari stres, sehingga
secara alami membikin orang jadi gampang tidur, demikian menurut sebuah
penelitian tahun 2003 yang dimuat jurnal Peptides Regulatory. Oksitosin
menangkal efek hormon stres, kortisol. Efeknya membuat pikiran jadi
tenang.
8. Memicu naluri melindungi
Sebuah penelitian yang
dimuat jurnal Science menegaskan bahwa oksitosin memicu sikap
perlindungan terhadap orang yang dikasihi dari serangan pihak luar atau
akrab dikenal dengan solidaritas. Penelitian sebelumnya pada hewan juga
menunjukkan bahwa hormon ini mendukung perilaku proteksionis.
9. Meningkatkan keterampilan social
Sebuah
penelitian yang dimuat jurnal Proceedings of National Academy of
Sciences menemukan bahwa menghirup oksitosin dapat meningkatkan
kemampuan interaksi sosial pada penyandang autisme. Penelitian
sebelumnya menemukan bahwa orang autis memiliki kadar oksitosin yang
rendah. Oksitosin juga mengurangi rasa takut pada penyandang autis.
10. Menghambat kecanduan obat
Menurut
sebuah laporan penelitan tahun 1999 yang dimuat jurnal Progress in
Brain Research, beberapa penelitian menunjukkan bahwa oksitosin
menghambat toleransi terhadap obat adiktif, termasuk opium, kokain dan
alkohol, serta mengurangi gejala sakau.
11. Meningkatkan gairah seksual
Sejumlah
senyawa kimia otak dilepaskan saat manusia mencapai orgasme, termasuk
oksitosin. Bahan kimia ini dapat memperkuat ikatan antar pasangan
seksual. Tikus yang otaknya disuntik dengan oksitosin mengalami ereksi
secara spontan, menurut sebuah penelitian tahun 2001 yang dimuat jurnal
Physiological Review.
12. Mendukung persalinan dan menyusui
Oksitosin
dilepaskan dalam jumlah besar selama persalinan, sehingga memicu
kontraksi rahim yang membuka leher rahim dan memungkinkan bayi melewati
jalan lahir. Sejak awal tahun 1900-an, dokter menggunakan oksitosin
sintetis yang juga dikenal dengan nama merek Pitocin untuk membantu
persalinan. Setelah persalinan, hormon ini terus merangsang kontraksi
rahim untuk mencegah pendarahan dan akan dikeluarkan lebih banyak lagi
ketika puting dirangsang saat menyusui bayi.
13. Memperkuat kenangan emosional
Sebuah
penelitian yang dimuat jurnal Proceedings of National Academy of
Sciences mendukung teori bahwa oksitosin memperkuat kenangan masa kecil
para pria mengenai ibunya. Dalam percobaan terhadap 31 orang, peneliti
menemukan bahwa orang yang menghirup oksitosin sintetis makin santer
mengingat kenangan indah tentang ibunya, asal hubungannya dengan ibu
cukup baik.
14. Meringankan stress
Sebuah penelitian yang
dilakukan pada tikus prairi menemukan bahwa tikus yang terpisah dari
saudaranya menampakkan tanda-tanda kecemasan, stres dan depresi. Namun
gejala ini mereda setelah disuntik dengan oksitosin. Penelitian yang
dipresentasikan pada pertemuan Society for Neuroscience tahun 2007 ini
menunjukkan efek hormon ini untuk menangkal stres.
15. Mempererat hubungan
Peneliti
membandingkan tingkat oksitosin dan hormon terkait yang disebut
vasopressin pada urin anak-anak di Rusia dan panti asuhan di Rumania.
Hasilnya menemukan bahwa oksitosin meningkat pada anak-anak setelah
melakukan kontak dengan ibu kandungnya.
Penelitian yang dilakukan
tahun 2005 dan dimuat dalam jurnal Proceeding of National Academy of
Sciences ini menunjukkan bahwa oksitosin juga tetap berada dalam kadar
yang sama pada anak angkat. Hal ini dapat menjelaskan mengapa beberapa
anak angkat mengalami kesulitan dalam membentuk hubungan.
16. Memicu kelekatan ibu dengan bayi
Sebuah
penelitian tahun 2007 yang dimuat jurnal Psychological Science
menemukan bahwa ibu hamil yang memiliki kadar oksitosin tinggi selama
trimester pertama kehamilan lebih dekat dengan bayinya. Dibandingkan
dengan perempuan lain, perempuan yang memiliki oksitosin dalam kadar
tinggi selama kehamilan dan beberapa bulan setelah persalinan juga lebih
dekat dengan buah hatinya.
Naahh, udah tau kan apa saja manfaatnya. Jadi, jatuh cinta lah ;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar