Rabu, 29 Mei 2013

artikel cinta

Nadia Rahmah
11061202395

PERAN CINTA MEMBENTUK PRIBADI YANG SEHAT
Cinta ? berperan untuk membentuk pribadi yang sehat ? memangnya bisa ?
Nah dalam artikel kali ini saya akan menjelaskan bagaimana peranan yang dilakukan oleh emosi positif satu ini “cinta” untuk membentuk pribadi yang sehat. Sebelum itu kita mulai dulu dengan penjelasan apakah cinta itu.
Manusia sebagai makhluk yang memiliki perasaan tentu mampu merasakan cinta. Cinta melibatkan perasaan yang mendalam, meliputi rasa ketidakegoisan serta komitmen, cinta juga masih menjadi misteri tersendiri bagi kehidupan manusia. Cinta adalah komponen yang sudah ada di dalam hidup, di mulai ketika manusia itu sendiri masih berada di dalam kandungan, cinta dari ibu, ayah, saudara dan saudari.
Dari mana asal usul cinta ? Banyak lirik-lirik pada lagu cinta mengatakan bahwa cinta datang tiba-tiba. Apakah benar begitu ?
Secara ilmiah, perasaan cinta dan kasih sayang yang timbul antara dua orang yang berlainan jenis tidak terlepas dari peranan senyawasenyawa kimia yang membentuk rasa cinta di antara keduanya. Salah satu senyawa tersebut adalah feromon yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu phero yang artinya pembawa dan mone yang artinya sensasi. Senyawa ini terutama dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang aktif ketika dewasa. Menurut para peneliti dan psikolog, senyawa feromon dapat mempengaruhi hormon-hormon di dalam tubuh terutama otak kecil manusia yang diklaim memiliki andil untuk menimbulkan rasa ketertarikan manusia pada manusia yang lain, baik itu perasaan cinta, suka, dan saat memilih mana orang yang dapat dijadikan teman yang cocok. Selain feromon, masih ada hormon-hormon lain yang juga bekerja saat jatuh cinta.
Berikut beberapa teori yang membahas tentang cinta : Teori perilaku mengatakan bahwa cinta muncul akibat adanya penguatan positif yang dirasakan dalam diri. Cinta hadir kepada orang lain karena orang tersebut selalu memperhatikan atau menghargai kita. Teori kognitif mengatakan bahwa cinta muncul karena kita berpikir bahwa kita mencintai. Jika kita melakukan sesuatu tanpa diberikan apa pun dan kita masih melakukannya, maka kita jatuh cinta. Penelitian menunjukkan bahwa pada saat kita mengira seseorang menyukai kita, maka kita akan semakin mudah tertarik padanya. Teori evolusi menyatakan bahwa karena pada dasarnya kita membutuhkan perlindungan. Dengan cinta, kita mendapatkan pemenuhan atas perlindungan, dan kita dapat bereproduksi serta mewariskan genetika kepada generasi selanjutnya. Teori biologi menjelaskan cinta muncul karena adanya feromon. Feromon adalah zat kimia yang dikeluarkan oleh manusia dan hewan. Zat ini diproses di dalam hipotalamus, dan feromon memengaruhi pilihan kita terhadap pasangan. Dengan kata lain, kita tertarik pada lawan jenis karena tertarik terhadap feromon yang ia keluarkan.
Dalam dunia ilmu pengetahuan, jatuh merupakan sebuah fenomena yang memunculkan perdebatan hingga akhirnya dilakukan penelitian oleh beberapa pakar mengenai manfaat dari jatuh cinta. Beberapa ahli yang mengatakan tentang manfaat dari jatuh cinta yaitu Dr. Helen Fisher, professor antropologi dari Rutgers University. Beliau mengatakan bahwa, perasaan orang yang sedang jatuh cinta mirip dengan mabuk narkoba jenis kokain. Karena saat orang sedang jatuh cinta otak memproduksi hormon dopamin, serotin, endorphin dan oksitosin dalam jumlah yang besar. Pada saat seseorang menyuntik dirinya dengan kokain, hormon-hormon pada tubuh orang tersebut akan menimbulkan rasa senang dan riang. Maka dari itu, semakin kuat cinta yang kita rasakan akan membuat dopamin semakin deras mengalir sehingga menyebabkan euforia yang berlangsung terus-menerus selama perasaan cinta itu masih ada. Fisher melakukan penelitian secara ketat mengenai hubungan cinta antarmanusia, pernikahan, serta kaitannya dengan aktivitas otak selama puluhan tahun.
Dari segi medis (kesehatan), pengoptimalan pada unsur positif cinta dapat membantu meredam efek samping dari akibat laju dopamin yang telah mengalir deras tadi. Perasaan jatuh cinta yang menimbulkan hormon-hormon menjadi aktif pada tubuh manusia membawa dampak positif bagi tubuh, diantaranya yaitu:
1. Tubuh lebih sehat
Hasil dari penelitian Florida State University pada tahun 2010 mengungkapkan bahwa pada orang yang tidak memiliki pasangan atau single lebih beresiko mengalami masalah fisik dan mental dibandingkan dengan orang yang telah memiliki pasangan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa saat orang sedang di mabuk cinta, tubuh akan merasa lebih berenergi dan bersemangat. Energi positif yang timbul inilah yang nantinya mengalir ke dalam tubuh yang akan meningkatkan daya tahan dan imunitas terhadap penyakit. Sebagai contohnya pada orang yang memiliki pasangan akan lebih menyukai olahraga untuk membentuk tubuh dan mengonsumsi makanan-makanan yang sehat untuk menjaga kecantikan kulit.
2. Otak berfikir kreatif
Menurut psikologi dari University of Amsterdam mengatakan bahwa saat orang sedang kasmaran, mereka akan mempunyai pola pikir yang berbeda dengan biasanya. Orang tersebut akan mempertimbangkan segala sesuatu dengan seksama (berfikir details). Sebagai contohnya biasanya orang yang sedang kasmaran pandai dalam merangkai kata-kata mutiara, puisi dll. Atau dapat juga menjadi kreatif pada saat ingin memberikan kejutan kepada pasangannya.
3. Penampilan fisik lebih menarik
Hormon-hormon cinta pada umumnya juga membuat wajah orang yang sedang jatuh cinta menjadi berseri-seri. Secara umum aura positif dari orang yang sedang jatuh cinta lebih bersinar daripada biasanya. Orang yang sedang jatuh cinta biasanya menjadi pribadi yang lebih ramah, murah senyum dan percaya diri. Peningkatan hormon pada orang yang jatuh cinta membuat orang tersebut ingin tampil lebih baik (lebih menarik) untuk menarik perhatian dari orang dicintainya atau pasangannya.
4. Panjang umur
Journal Aging and Health menyatakan pendapat bahwa hubungan dan perasaan cinta dapat memperjang hidup sesorang. Orang yang memiliki pasangan cenderung lebih bahagia daripada orang yang sendiri/single. Karena orang yang memiliki pasangan mendapat dukungan dan perhatian dari orang yang dicintai.
5. Melupakan rasa sakit
Jatuh cinta bisa membuat seseorang melupakan rasa sakit. Terutama dalam hal ini biasanya dilakukan untuk melupakan pasangan di masa lalunya, di mana orang tersebut tidak berhasil dalam menjalin hubungan. Di lain hal itu, bagi orang yang sedang jatuh cinta mereka memang cenderng lebih mengesampingkan rasa sakit untuk mebuat bahagia pasangannya.
6. Membuat orang jadi murah hati
Sebuah penelitian tahun 2007 yang dimuat jurnal Public Library of Science ONE menemukan kesimpulan ini. Dalam penelitian, peserta diminta menghirup oksitosin atau plasebo lewat hidung kemudian diminta membagi uang yang dimiliki dengan orang asing. Penghirup oksitosin ternyata 80 persen lebih murah hati. Agaknya, hormon ini mempengaruhi sikap altruisme.

7. Membuat gampang tidur
Oksitosin dilepaskan di otak saat kondisi pikiran terbebas dari stres, sehingga secara alami membikin orang jadi gampang tidur, demikian menurut sebuah penelitian tahun 2003 yang dimuat jurnal Peptides Regulatory. Oksitosin menangkal efek hormon stres, kortisol. Efeknya membuat pikiran jadi tenang.

8. Memicu naluri melindungi
Sebuah penelitian yang dimuat jurnal Science menegaskan bahwa oksitosin memicu sikap perlindungan terhadap orang yang dikasihi dari serangan pihak luar atau akrab dikenal dengan solidaritas. Penelitian sebelumnya pada hewan juga menunjukkan bahwa hormon ini mendukung perilaku proteksionis.

9. Meningkatkan keterampilan social
Sebuah penelitian yang dimuat jurnal Proceedings of National Academy of Sciences menemukan bahwa menghirup oksitosin dapat meningkatkan kemampuan interaksi sosial pada penyandang autisme. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa orang autis memiliki kadar oksitosin yang rendah. Oksitosin juga mengurangi rasa takut pada penyandang autis.

10. Menghambat kecanduan obat
Menurut sebuah laporan penelitan tahun 1999 yang dimuat jurnal Progress in Brain Research, beberapa penelitian menunjukkan bahwa oksitosin menghambat toleransi terhadap obat adiktif, termasuk opium, kokain dan alkohol, serta mengurangi gejala sakau.

11. Meningkatkan gairah seksual
Sejumlah senyawa kimia otak dilepaskan saat manusia mencapai orgasme, termasuk oksitosin. Bahan kimia ini dapat memperkuat ikatan antar pasangan seksual. Tikus yang otaknya disuntik dengan oksitosin mengalami ereksi secara spontan, menurut sebuah penelitian tahun 2001 yang dimuat jurnal Physiological Review.

12. Mendukung persalinan dan menyusui
Oksitosin dilepaskan dalam jumlah besar selama persalinan, sehingga memicu kontraksi rahim yang membuka leher rahim dan memungkinkan bayi melewati jalan lahir. Sejak awal tahun 1900-an, dokter menggunakan oksitosin sintetis yang juga dikenal dengan nama merek Pitocin untuk membantu persalinan. Setelah persalinan, hormon ini terus merangsang kontraksi rahim untuk mencegah pendarahan dan akan dikeluarkan lebih banyak lagi ketika puting dirangsang saat menyusui bayi.

13. Memperkuat kenangan emosional
Sebuah penelitian yang dimuat jurnal Proceedings of National Academy of Sciences mendukung teori bahwa oksitosin memperkuat kenangan masa kecil para pria mengenai ibunya. Dalam percobaan terhadap 31 orang, peneliti menemukan bahwa orang yang menghirup oksitosin sintetis makin santer mengingat kenangan indah tentang ibunya, asal hubungannya dengan ibu cukup baik.

14. Meringankan stress
Sebuah penelitian yang dilakukan pada tikus prairi menemukan bahwa tikus yang terpisah dari saudaranya menampakkan tanda-tanda kecemasan, stres dan depresi. Namun gejala ini mereda setelah disuntik dengan oksitosin. Penelitian yang dipresentasikan pada pertemuan Society for Neuroscience tahun 2007 ini menunjukkan efek hormon ini untuk menangkal stres.

15. Mempererat hubungan
Peneliti membandingkan tingkat oksitosin dan hormon terkait yang disebut vasopressin pada urin anak-anak di Rusia dan panti asuhan di Rumania. Hasilnya menemukan bahwa oksitosin meningkat pada anak-anak setelah melakukan kontak dengan ibu kandungnya.

Penelitian yang dilakukan tahun 2005 dan dimuat dalam jurnal Proceeding of National Academy of Sciences ini menunjukkan bahwa oksitosin juga tetap berada dalam kadar yang sama pada anak angkat. Hal ini dapat menjelaskan mengapa beberapa anak angkat mengalami kesulitan dalam membentuk hubungan.

16. Memicu kelekatan ibu dengan bayi
Sebuah penelitian tahun 2007 yang dimuat jurnal Psychological Science menemukan bahwa ibu hamil yang memiliki kadar oksitosin tinggi selama trimester pertama kehamilan lebih dekat dengan bayinya. Dibandingkan dengan perempuan lain, perempuan yang memiliki oksitosin dalam kadar tinggi selama kehamilan dan beberapa bulan setelah persalinan juga lebih dekat dengan buah hatinya.
Naahh, udah tau kan apa saja manfaatnya. Jadi, jatuh cinta lah ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar