Jumat, 31 Mei 2013

Psikologi Kesehatan

HEALTH BELIEF MODEL (HBM) PADA ANAK KOS YANG 
MENGGUNAKAN PENYEDAP RASA (MSG) DALAM MASAKAN



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Makan adalah salah satu upaya untuk meneruskan hidup. Namun banyak masyarakat yang makan tanpa mengetahui apa saja bahan atau bumbu yang digunakan ketika mereka mengolah makanan tersebut. Mereka menikmati kelezatan suatu masakan atau makanan tapi tidak mencari tahu apakah kandungan dalam makanan tersebut mengandung bahan yang berbahaya bagi kesehatan.

Namun ada sebagian masyarakat lainnya yang mengetahui bahaya suatu zat khusunya penyedap rasa yang popular dengan nama vetsin atau pun vetsin yang digunakan sebagai bumbu dapur ini. Dan mereka tetap menggunakannya untuk menjaga kelezatan suatu makanan. Perilaku ini mempengaruhi kualitas kesehatan individu yang mengkonsumsinya.Kualitas kesehatan menurun apabila perilaku kesehatan juga buruk.

Dengan mempelajari teori Health Belief Model (HBM) dapat dikatahui bahwa perilaku kesehatan masyarakat yang akan mempermudah pemahaman terhadap perubahan kualitas kesehatan. Dengan HBM ini dapat diprediksi bagaimana perilaku kesehatan seseorang berdasarkan keyakinannya terhadap kesehatan.




B.     Rumusan Masalah
Ada pun pertanyaan penelitian yang digunakan ketika wawancara adalah :
1.      Apakah subjek menggunakan bahan penyedap rasa untuk menambah kenikmatan masakan ?
2.      Apakah subjek mengetahui dampak negatif yang ditimbulkan oleh penyedap rasa tersebut terhadap kesehatan ?
3.      Bila subjek tahu mengapa tetap menggunakannya ?





















BAB II
LANDASAN TEORITIS

A.    Penyedap Rasa

Vetsin atau monosodium glutamate (MSG) mengandung asam sodium glutanik (glutanic acid sodium) yang dapat menguraikan asam glutanik selama proses pencernaan. Setelah dicerna oleh lambung dan usus masuk ke otak besar maka pada bagian tertentu di jaringan otak akan dihasilkan delta-asam amino butyric yang bersifat menghambat syaraf, dapat menyelaraskan kemampuan kemampuan kerja otak besar yang normal, tetapi asam glutanik yang berlebihan juga akan menjadika delta-asam amino butyric juga akan melimpah. Jika penghambat saluran syaraf dalam otak banyak, maka berbagai fungsi syaraf akan berada dalam posisi terkekang.
Pada beberapa orang yang mengkonsumsi MSG dapat menimbulkan reaksi sebagai berikut :
1.      Sakit kepala
2.      Flushing
3.      Berkeringat
4.      Wajah terasa tertekan dan sesak
5.      Mati rasa, kesemutan atau terbakar didaerah wajah, leher dan daerah lain
6.      Jantung berdebar-debar
7.      Nyeri dada
8.      mual



B.     Penelitian Sebelumnya

Shimizu dkk yang melakukan penelitian pada tahun 1971 melaporkan bahwa MSG yang diberikan kepada anak ayam yang dicampurkan pada air minumnya menyebabkan matinya anak ayam tersebut dikarenakan ginjalnya yang rusak. Greenberg dkk (1973) melaporkan bahwa tikus kecil yang diberi makan MSG ketahuan bahwa sel-sel darah putihnya berubah menjadi sel-sel kanker.

C.    PENGERTIAN DAN SEJARAH HEALTH BELIEF MODEL

Health Belief Model (HBM) adalah model psikologis yang menjelaskan serta memprediksi perilaku kesehatan, dan dilakukan dengan berfokus pada sikap dan keyakinan individu. Teori ini dikembangkan pertama kali tahun 1950-an oleh para ilmuwan sosial di Dinas Kesehatan AS untuk memahami kegagalan program strategi pencegahan penyakit atau tes skrining untuk deteksi dini penyakit. Kemudian HBM digunakan untuk mengetahui respon pasien terhadap gejala sakit yang terdiagnosis terutama mengenai  kepatuhan terhadap proses penyembuhan. Teori Health Belief Model inimenunjukkan bahwa kepercayaan seseorang dalam ancaman pribadi dari penyakit atau dengan keyakinan seseorang dalam efektivitas perilaku kesehatan yang di anjurkan akan memprediksi kemungkinan orang tersebut berperilaku.
 Sebelumnya Witson (1925) mengembangkan teori yang dinamakan sebagai teori S-R atau stimulus rangsangan yang menyatakan bahwa semua yang terjadi (perilaku) diakibatkan adanya penguatan (reinforcement), kemudian skinner pada tahun 1938 menguatkan bahwa setiap perilaku mendapatkan ganjaran memungkinkan seseorang akan meningkatkan atau mengulangi perilaku tersebut.
Konsep dasar yang mendasari HBM adalah bahwa perilaku kesehatan ditentukan oleh keyakinan pribadi atau persepsi tentang penyakit dan strategi yang tersedia untuk mengurangi terjadinya penyakit. Persepsi pribadi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan intrapersonal.

D.    Konstrak HBM

Ada 4 persepsi yang berfungsi sebagai konstruksi utama dalam HBM ini, namun dua persepsi terakhir ditambahkan. Dengan demikian HBM telah diperluas dengan mencakup isyarat untuk bertindak, faktor motivasi, dan efisiensi diri.

a.       Persepsi kerentanan
Persepsi ini mengacu pada persepsi subjektif seseorang yang kuat mendorong seseorang untuk berperilaku sehat. Semakin besar resiko yang dirasakan maka kemungkinan terlibat dalam perilaku untuk mengurangi resiko juga semakin besar.

b.      Keseriusan yang di rasakan
Persepsi ini mengacu pada perasaan seseorang pada keseriusan tertular penyakit atau keparahan penyakit. Persepsi keseriusan sering didasarkan pada informasi medis atau pengetahuan, juga dapat berasal dari keyakinan seseorang bahwa ia akan mendapat kesulitan akibat penyakit dan akan berakibat pada hidupnya.

c.       Manfaat yang dirasakan
Hal ini mengacu pada persepsi seseorang mengenai efektivitas berbagai tindakan yang tersedia untuk mengurangi resiko penyakit. Tindakan seseorang berperilaku untuk mencegah tergantung pada pertimbangan dan evaluasi dari kedua kerentanan yang dirasakan dan manfaat yang dirasakan, sehingga orang tersebut akan menerima tindakan kesehatan yang direkomendasikan jika itu dianggap menguntungkan.

d.       Hambatan yang dirasakan
Mengacu pada perasaan seseorang yang merasakan hambatan untuk mengubah perilaku sehatnya. Perubahan bukanlah sesuatu yang mudah pada awalnyasehingga tidak mudah untuk orang-orang melakukannya. Ini merupakan evaluasi individu sendiri atas hambatan yang dihadapi untuk melakukan perubahan perilaku sehat.  

e.       Isyarat untuk bertindak
Merupakan stimulus yang dibutuhkan untuk memicu proses pengambilan keputusan untuk menerima tindakan kesehatan dianjurkan. Perilaku dipengaruhi oleh isyarat untuk bertindak. Isyarat untuk bertindak adalah peristiwa-peristiwa, orang, atau hal-hal yang menggerakkan orang untuk mengubah perilaku mereka.

f.       Self-efficacy
Mengacu pada tingkat kepercayaan seseorang dalam nya atau kemampuannya untuk berhasil melakukan suatu perilaku. Konstruk ini ditambahkan ke model paling baru pada pertengahan 1980. Self-efficacy adalah membangun di banyak teori perilaku seperti itu secara langsung berkaitan dengan apakah seseorang melakukan perilaku yang diinginkan.orang pada umumnya tidak mencoba untuk melakukan sesuatu yang baru kecuali mereka pikir mereka bisa untuk melakukannya. Jika seseorang percaya bahwa suatu perilaku baru berguna namun dia berpikir bahwa dia tidak mampu untuk melakukannya maka kemungkinan hal itu tidak akan dilakukan.


E.     Penggunaan Penyedap Rasa Pada Anak Kos
Berdasarkan wawancara yang telah di lakukan, subjek mengakui bahwa mereka memang menggunakan penyedap rasa berbagai merk yang di gunakan untuk memasak masakan yang akan mereka konsumsi.





















BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengungkap perilaku sehat khususnya oleh mahasiswa. Pernelitian ini menggunakan metode kualitatif yang merupakan desain penelitian yang bersifat alamiah dimana peneliti tidak melakukan manipulasi seting penelitian melainkan melakukan studi terhadap suatu fenomena.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berbentuk rangkaian kata dan kalimat. Peneliti menggunakan metode wawancara langsung untuk mengumpulkan dan memperoleh informasi.


B.     Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah 2 orang mahasiswa UIN SUSKA dari Fakultas Psikologi dan Fakultas Sains dan Teknologi.


C.    Metode Analisis Data

Teknik analisis data kualitatif dilakukan sesuai dengan pendekatan studi kasus, sehingga analisis data yang digunakan adalah dengan menelaah jawaban-jawaban yang diberikan oleh subjek.


BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN, HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN

A.    Persiapan penelitian

Langkah awal dari penelitian ini peneliti mempelajari sejumlah literature yang berkaitan dengan dampak penggunaan penyedap rasa pada makanan. Sebelum wawancara dilakukan, peneliti mempersiapkan instrument yang akan digunakan, yaitu alat perekam, pedoman wawancara, bolpoin, buku catatan, serta instrument lain yang menunjang kelancaran jalannya penelitian. Kemudian peneliti mencari subjek yang memenuhi kriteria.

B.     Pelaksanaan Penelitian

Sebelum wawancara dilakukan, peneliti membuat kesepakatan terlebih dahulu mengenai waktu dan tempat pelaksanaan wawancara untuk memperlancar proses terjadinya wawancara. Wawancara dilakukan pada tanggal 18 April 2013.

C.    Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan subjek diketahui bahwa kedua subjek memang mengetahui dampak negatif dari penggunaan penyedap rasa tersebut. Namun mereka tidak mahu untuk berhenti mengkonsumsinya dengan alasan sudah biasa sejak lama, makanan tidak akan enak bila tidak dibubuhi penyedap rasa, sehingga mereka tetap menggunakannya dalam masakan. Mereka mengakui bahwa takaran yang digunakan masih dalam kapasitas wajar dan tidak berlebihan sehingga racun-racun yang dihasilkan dari pengkonsumsian penyedap rasa ini bisa langsung di buang melalui urin dan feses.

D.    Pembahasan

Menurut konstruk Health Belif Model yang telah disebutkan, berikut peneliti uraikan kembali dengan analisis terhadap hasil wawancara yang telah dilakukan.

1.      Persepsi kerentanan
Subjek tidak merasa bahwa dampak yang dihasilkan oleh penyedap rasa tersebut berbahaya, sehingga tidak ada upaya berarti untuk merubah perilaku sehatnya.

2.      Keseriusan yang di rasakan
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kesadaran subjek dalam hidup dengan perilaku sehat masih sangat kurang sehingga mereka masih menggunakan penyedap rasa meski pun mereka tahu akibat buruk yang terjadi akibat mengkonsumsi penyedap rasa tersebut.

3.      Manfaat yang dirasakan
Tidak ada manfaat yang dirasakan oleh subjek bila ia merubah perilakunya menjadi lebih sehat. Berdasarkan hasil wawancara mereka mengatakan bahwa makanan tidak akan enak apabila tidak menggunakan penyedap rasa.

4.      Hambatan yang dirasakan
Hambatan yang dirasakan oleh subjek adalah kebiasaan dan mereka akan kehilangan kenikmatan makanan apabila penggunaan penyedap rasa di kurangi.
5.      Isyarat untuk bertindak
Orang tua merupakan faktor utama subjek menggunakan penyedap rasa. Karena berdasarkan pengakuan subjek mereka menggunakan penyedap rasa karena di rumah mereka ibu menggunakan penyedap rasa untuk setiap masakan.

6.      Self-efficacy.
Subjek menyadari secara penuh akibat buruk yang akan di peroleh bila menggunakan penyedap rasa dalam jangka waktu yang panjang, namun mereka tidak memiliki motivasi untuk berubah sehingga hal ini memang tidak akan dilakukan.


















BAB V
KESIMPULAN

Dari paparan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku sehat pada mahasiswa bisa dikatakan kurang karena mereka tidak memperhatikan kesehatan mereka dengan baik. Kebiasaan merupakan faktor utama mereka tidak bisa merubah perilaku yang kurang sehat menjadi sehat. Karena mereka sudah terbiasa menggunakan penyedap rasa tersebut sejak lama. Dan makanan juga akan terasa aneh apabila tidak dibubuhi penyedap rasa. Meski pun mereka mengetahui dampak negatif yang akan di peroleh dari perilaku menggunakan penyedap rasa, namun mereka lebih mempertahankan cita rasa kenikmatan dari makana daripada kesehatan yang akan mereka peroleh dari makanan tersbut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar