HEALTH BELIEF MODEL (HBM) PADA ANAK KOS YANG
MENGGUNAKAN PENYEDAP RASA (MSG) DALAM MASAKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Makan adalah salah satu upaya untuk meneruskan
hidup. Namun banyak masyarakat yang makan tanpa mengetahui apa saja bahan atau
bumbu yang digunakan ketika mereka mengolah makanan tersebut. Mereka menikmati
kelezatan suatu masakan atau makanan tapi tidak mencari tahu apakah kandungan
dalam makanan tersebut mengandung bahan yang berbahaya bagi kesehatan.
Namun ada sebagian masyarakat lainnya yang
mengetahui bahaya suatu zat khusunya penyedap rasa yang popular dengan nama
vetsin atau pun vetsin yang digunakan sebagai bumbu dapur ini. Dan mereka tetap
menggunakannya untuk menjaga kelezatan suatu makanan. Perilaku ini mempengaruhi
kualitas kesehatan individu yang mengkonsumsinya.Kualitas kesehatan menurun
apabila perilaku kesehatan juga buruk.
Dengan mempelajari teori Health Belief Model (HBM) dapat dikatahui bahwa perilaku kesehatan
masyarakat yang akan mempermudah pemahaman terhadap perubahan kualitas
kesehatan. Dengan HBM ini dapat diprediksi bagaimana perilaku kesehatan
seseorang berdasarkan keyakinannya terhadap kesehatan.
B.
Rumusan
Masalah
Ada
pun pertanyaan penelitian yang digunakan ketika wawancara adalah :
1. Apakah
subjek menggunakan bahan penyedap rasa untuk menambah kenikmatan masakan ?
2. Apakah
subjek mengetahui dampak negatif yang ditimbulkan oleh penyedap rasa tersebut
terhadap kesehatan ?
3. Bila
subjek tahu mengapa tetap menggunakannya ?
BAB II
LANDASAN
TEORITIS
A.
Penyedap
Rasa
Vetsin
atau monosodium glutamate (MSG) mengandung asam sodium glutanik (glutanic acid
sodium) yang dapat menguraikan asam glutanik selama proses pencernaan. Setelah
dicerna oleh lambung dan usus masuk ke otak besar maka pada bagian tertentu di
jaringan otak akan dihasilkan delta-asam amino butyric yang bersifat menghambat
syaraf, dapat menyelaraskan kemampuan kemampuan kerja otak besar yang normal,
tetapi asam glutanik yang berlebihan juga akan menjadika delta-asam amino
butyric juga akan melimpah. Jika penghambat saluran syaraf dalam otak banyak,
maka berbagai fungsi syaraf akan berada dalam posisi terkekang.
Pada
beberapa orang yang mengkonsumsi MSG dapat menimbulkan reaksi sebagai berikut :
1. Sakit
kepala
2. Flushing
3. Berkeringat
4. Wajah
terasa tertekan dan sesak
5. Mati
rasa, kesemutan atau terbakar didaerah wajah, leher dan daerah lain
6. Jantung
berdebar-debar
7. Nyeri
dada
8. mual
B.
Penelitian
Sebelumnya
Shimizu
dkk yang melakukan penelitian pada tahun 1971 melaporkan bahwa MSG yang diberikan
kepada anak ayam yang dicampurkan pada air minumnya menyebabkan matinya anak
ayam tersebut dikarenakan ginjalnya yang rusak. Greenberg dkk (1973) melaporkan
bahwa tikus kecil yang diberi makan MSG ketahuan bahwa sel-sel darah putihnya
berubah menjadi sel-sel kanker.
C.
PENGERTIAN
DAN SEJARAH HEALTH BELIEF MODEL
Health Belief Model (HBM)
adalah model psikologis yang menjelaskan serta memprediksi perilaku kesehatan,
dan dilakukan dengan berfokus pada sikap dan keyakinan individu. Teori ini
dikembangkan pertama kali tahun 1950-an oleh para ilmuwan sosial di Dinas
Kesehatan AS untuk memahami kegagalan program strategi pencegahan penyakit atau
tes skrining untuk deteksi dini penyakit. Kemudian HBM digunakan untuk
mengetahui respon pasien terhadap gejala sakit yang terdiagnosis terutama
mengenai kepatuhan terhadap proses
penyembuhan. Teori Health Belief Model
inimenunjukkan bahwa kepercayaan seseorang dalam ancaman pribadi dari penyakit
atau dengan keyakinan seseorang dalam efektivitas perilaku kesehatan yang di
anjurkan akan memprediksi kemungkinan orang tersebut berperilaku.
Sebelumnya Witson (1925) mengembangkan teori
yang dinamakan sebagai teori S-R atau stimulus rangsangan yang menyatakan bahwa
semua yang terjadi (perilaku) diakibatkan adanya penguatan (reinforcement),
kemudian skinner pada tahun 1938 menguatkan bahwa setiap perilaku mendapatkan
ganjaran memungkinkan seseorang akan meningkatkan atau mengulangi perilaku
tersebut.
Konsep dasar yang
mendasari HBM adalah bahwa perilaku kesehatan ditentukan oleh keyakinan pribadi
atau persepsi tentang penyakit dan strategi yang tersedia untuk mengurangi
terjadinya penyakit. Persepsi pribadi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor
yang mempengaruhi perilaku kesehatan intrapersonal.
D.
Konstrak
HBM
Ada
4 persepsi yang berfungsi sebagai konstruksi utama dalam HBM ini, namun dua
persepsi terakhir ditambahkan. Dengan demikian HBM telah diperluas dengan
mencakup isyarat untuk bertindak, faktor motivasi, dan efisiensi diri.
a.
Persepsi
kerentanan
Persepsi ini mengacu pada persepsi
subjektif seseorang yang kuat mendorong seseorang untuk berperilaku sehat.
Semakin besar resiko yang dirasakan maka kemungkinan terlibat dalam perilaku
untuk mengurangi resiko juga semakin besar.
b.
Keseriusan
yang di rasakan
Persepsi ini mengacu pada perasaan
seseorang pada keseriusan tertular penyakit atau keparahan penyakit. Persepsi
keseriusan sering didasarkan pada informasi medis atau pengetahuan, juga dapat
berasal dari keyakinan seseorang bahwa ia akan mendapat kesulitan akibat
penyakit dan akan berakibat pada hidupnya.
c.
Manfaat
yang dirasakan
Hal ini mengacu pada persepsi
seseorang mengenai efektivitas berbagai tindakan yang tersedia untuk mengurangi
resiko penyakit. Tindakan seseorang berperilaku untuk mencegah tergantung pada
pertimbangan dan evaluasi dari kedua kerentanan yang dirasakan dan manfaat yang
dirasakan, sehingga orang tersebut akan menerima tindakan kesehatan yang
direkomendasikan jika itu dianggap menguntungkan.
d.
Hambatan yang dirasakan
Mengacu pada perasaan seseorang yang
merasakan hambatan untuk mengubah perilaku sehatnya. Perubahan bukanlah sesuatu
yang mudah pada awalnyasehingga tidak mudah untuk orang-orang melakukannya. Ini
merupakan evaluasi individu sendiri atas hambatan yang dihadapi untuk melakukan
perubahan perilaku sehat.
e.
Isyarat
untuk bertindak
Merupakan stimulus yang dibutuhkan
untuk memicu proses pengambilan keputusan untuk menerima tindakan kesehatan
dianjurkan. Perilaku dipengaruhi oleh isyarat untuk bertindak. Isyarat untuk
bertindak adalah peristiwa-peristiwa, orang, atau hal-hal yang menggerakkan
orang untuk mengubah perilaku mereka.
f.
Self-efficacy
Mengacu pada tingkat kepercayaan
seseorang dalam nya atau kemampuannya untuk berhasil melakukan suatu perilaku.
Konstruk ini ditambahkan ke model paling baru pada pertengahan 1980. Self-efficacy
adalah membangun di banyak teori perilaku seperti itu secara langsung berkaitan
dengan apakah seseorang melakukan perilaku yang diinginkan.orang pada umumnya
tidak mencoba untuk melakukan sesuatu yang baru kecuali mereka pikir mereka
bisa untuk melakukannya. Jika seseorang percaya bahwa suatu perilaku baru
berguna namun dia berpikir bahwa dia tidak mampu untuk melakukannya maka
kemungkinan hal itu tidak akan dilakukan.
E.
Penggunaan
Penyedap Rasa Pada Anak Kos
Berdasarkan
wawancara yang telah di lakukan, subjek mengakui bahwa mereka memang
menggunakan penyedap rasa berbagai merk yang di gunakan untuk memasak masakan
yang akan mereka konsumsi.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Desain
Penelitian
Penelitian ini
dilakukan untuk mengungkap perilaku sehat khususnya oleh mahasiswa. Pernelitian
ini menggunakan metode kualitatif yang merupakan desain penelitian yang
bersifat alamiah dimana peneliti tidak melakukan manipulasi seting penelitian
melainkan melakukan studi terhadap suatu fenomena.
Data yang
diperoleh dalam penelitian ini berbentuk rangkaian kata dan kalimat. Peneliti
menggunakan metode wawancara langsung untuk mengumpulkan dan memperoleh
informasi.
B.
Subjek
Penelitian
Subjek
penelitian adalah 2 orang mahasiswa UIN SUSKA dari Fakultas Psikologi dan
Fakultas Sains dan Teknologi.
C.
Metode
Analisis Data
Teknik analisis
data kualitatif dilakukan sesuai dengan pendekatan studi kasus, sehingga
analisis data yang digunakan adalah dengan menelaah jawaban-jawaban yang
diberikan oleh subjek.
BAB
IV
PELAKSANAAN
PENELITIAN, HASIL PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
A. Persiapan penelitian
Langkah awal dari penelitian ini peneliti
mempelajari sejumlah literature yang berkaitan dengan dampak penggunaan
penyedap rasa pada makanan. Sebelum wawancara dilakukan, peneliti mempersiapkan
instrument yang akan digunakan, yaitu alat perekam, pedoman wawancara, bolpoin,
buku catatan, serta instrument lain yang menunjang kelancaran jalannya
penelitian. Kemudian peneliti mencari subjek yang memenuhi kriteria.
B. Pelaksanaan Penelitian
Sebelum
wawancara dilakukan, peneliti membuat kesepakatan terlebih dahulu mengenai
waktu dan tempat pelaksanaan wawancara untuk memperlancar proses terjadinya
wawancara. Wawancara dilakukan pada tanggal 18 April 2013.
C. Hasil Penelitian
Berdasarkan
hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan subjek diketahui bahwa kedua
subjek memang mengetahui dampak negatif dari penggunaan penyedap rasa tersebut.
Namun mereka tidak mahu untuk berhenti mengkonsumsinya dengan alasan sudah
biasa sejak lama, makanan tidak akan enak bila tidak dibubuhi penyedap rasa,
sehingga mereka tetap menggunakannya dalam masakan. Mereka mengakui bahwa
takaran yang digunakan masih dalam kapasitas wajar dan tidak berlebihan
sehingga racun-racun yang dihasilkan dari pengkonsumsian penyedap rasa ini bisa
langsung di buang melalui urin dan feses.
D. Pembahasan
Menurut
konstruk Health Belif Model yang telah disebutkan, berikut peneliti uraikan
kembali dengan analisis terhadap hasil wawancara yang telah dilakukan.
1.
Persepsi
kerentanan
Subjek tidak merasa bahwa dampak
yang dihasilkan oleh penyedap rasa tersebut berbahaya, sehingga tidak ada upaya
berarti untuk merubah perilaku sehatnya.
2.
Keseriusan
yang di rasakan
Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, kesadaran subjek dalam hidup dengan perilaku sehat masih sangat
kurang sehingga mereka masih menggunakan penyedap rasa meski pun mereka tahu
akibat buruk yang terjadi akibat mengkonsumsi penyedap rasa tersebut.
3.
Manfaat
yang dirasakan
Tidak ada manfaat yang dirasakan
oleh subjek bila ia merubah perilakunya menjadi lebih sehat. Berdasarkan hasil
wawancara mereka mengatakan bahwa makanan tidak akan enak apabila tidak
menggunakan penyedap rasa.
4.
Hambatan
yang dirasakan
Hambatan yang dirasakan oleh subjek
adalah kebiasaan dan mereka akan kehilangan kenikmatan makanan apabila
penggunaan penyedap rasa di kurangi.
5.
Isyarat
untuk bertindak
Orang tua merupakan faktor utama
subjek menggunakan penyedap rasa. Karena berdasarkan pengakuan subjek mereka
menggunakan penyedap rasa karena di rumah mereka ibu menggunakan penyedap rasa
untuk setiap masakan.
6.
Self-efficacy.
Subjek
menyadari secara penuh akibat buruk yang akan di peroleh bila menggunakan
penyedap rasa dalam jangka waktu yang panjang, namun mereka tidak memiliki
motivasi untuk berubah sehingga hal ini memang tidak akan dilakukan.
BAB V
KESIMPULAN
Dari
paparan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku sehat pada
mahasiswa bisa dikatakan kurang karena mereka tidak memperhatikan kesehatan
mereka dengan baik. Kebiasaan merupakan faktor utama mereka tidak bisa merubah
perilaku yang kurang sehat menjadi sehat. Karena mereka sudah terbiasa
menggunakan penyedap rasa tersebut sejak lama. Dan makanan juga akan terasa
aneh apabila tidak dibubuhi penyedap rasa. Meski pun mereka mengetahui dampak
negatif yang akan di peroleh dari perilaku menggunakan penyedap rasa, namun
mereka lebih mempertahankan cita rasa kenikmatan dari makana daripada kesehatan
yang akan mereka peroleh dari makanan tersbut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar