MODUL PELATIHAN
EFEKTIVITAS REHABILITASI SOSIAL
TERHADAP PENYESUAIAN DIRI SOSIAL PADA MANTAN PENGGUNA NAPZA
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Semakin
hari, angka korban penyalahgunaan NAPZA menunjukkan peningkatan yang sangat
signifikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005
terdapat 1.75% pengguna narkoba dari jumlah penduduk di Indonesia.
Jumlah tersebut naik menjadi 1.99 persen dari jumlah penduduk pada tahun 2008.
Pada tiga tahun kemudian angka tersebut naik sebanyak 2.2%. dan pada 2012 sudah
mencapai 2.8% pengguna narkoba setara dengan 5.8 juta penduduk. Para pengguna
juga berasal dari berbagai kalangan mulai dari kelas bawah sampai kelas atas,
dan berasal dari berbagai usia, dari yang anak-anak sampai yang tua.
Bagi
para mantan pengguna, mereka yang sudah memiliki “cap jelek” oleh masyarakat
setempat memiliki kesulitan untuk menyesuaikan diri kembali di dalam lingkungan
masyarakat. Dan hal ini memungkinkan individu untuk mengalami degredasi mental.
Ini tidak hanya bisa terjadi dalam lingkungan sosial saja, apa bila komunikasi
individu dengan keluarga tidak efektif maka kesenjangan ini juga bisa terjadi
dalam lingkungan keluarga, dan mengakibatkan individu merasa terkucilkan, harga
diri rendah, tidak percaya diri, dan merasa negatif akan dirinya sendiri, sehingga
ada kemungkinan untuk individu kembali menyalahgunakan NAPZA. Untuk mencegah
hal ini lah di lakukannya pelatihan ini agar mantan pengguna NAPZA dapat
kembali bersosialisasi dengan lingkungan sosial dan mendapatkan harga diri juga
kepercayaan dirinya secara penuh sehingga dapat menjadi individu yang berguna
bagi masyarakatnya.
B. TUJUAN
UMUM
Pelatihan
rehabilitasi sosial ini bertujuan untuk membantu para mantan pengguna NAPZA
menyesuaikan diri kembali di masyarakat untuk memenuhi kebutuhan bersosialisasi.
C. MATERI
1. Game
Perkenalan
2. rehabilitasi
sosial
3. Evaluasi
D. WAKTU
Pelatihan
ini akan dilaksanakan selama 120 menit. Dari jam 8.00-10.00 WIB.
E. PERALATAN
DAN FASILITAS
Adapun
peralatan yang diperlukan dalam pelatihan ini :
a. Peralatan
yang digunakan dalam pelatihan ini :
1. Pelatihan
: LCD, Layar, Infocus, Whiteboard,
Spidol, Penghapus
2. Peserta : Notes, Bulpen, Handout
3. Narasumber : Notes, Bulpen
b. Fasilitas
:
1. Air
mineral
2. Snack
F. METODE
Ceramah,
tanya jawab, diskusi.
G. PROSEDUR
1. Narasumber
mengajak para peserta untuk saling mengena satu sama lain agar keadaan
pelatihan tidak kaku dengan menggunakan game nama maksimal 10 menit.
2. Narasumber
memulai materi tentang rehabilitasi
sosial dan faktor yang mempengaruhi kondisi psikologis mantan pengguna NAPZA
yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri sosial pada individu. Persentasi
menggunakan format power point selama 80 menit. Setelah 50 menit pertama di
berikan istirahat lebih selama 15 menit untuk menikmati snack yang telah di
siapkan.
3. Tanya
jawab selama 20 menit.
4. Evaluasi
selama 10 menit
H. HASIL
Setelah
mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta dapat menyesuaikan dirinya kembali
ke dalam masyarakat sebagai bagian dari masyarakat dan bersosialisasi dengan
baik.
Tabel
Slot dalam pelatihan :
Waktu
|
Durasi
|
Slot
|
08.00-08.10
|
10
menit
|
Pembukaan
|
|
|
Game
perkenalan “Name Game”
|
|
50
menit
|
Materi
mengenai rehabilitasi sosial dan faktor yang mempengaruhi kondisi psikologis
mantan pengguna NAPZA yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri sosial pada
individu
|
|
10
menit
|
Istirahat
|
|
|
Melanjutkan
materi sebelumnya
|
|
|
Tanya
jawab
|
|
|
Evaluasi
|
MATERI
1. GAME PERKENALAN
Permainan “Name Game”
A.
Pendahuluan
Permainan ini bagus dilaksanakan apabila
diantara peserta yang satu dengan peserta yang lain belum saling kenal-mengenal
secara lebih dekat. Dengan kondisi yang masih kaku seperti itu, suasana seminar
atau pelatihan akan terasa sangat beku dan kikuk. Apalagi kalau trainer
mengajak peserta untuk saling berdiskusi, bisa dipastikan diskusi itu akan
sulit untuk berjalan secara komunikatif. Oleh karena itu, ada baiknya sebelum
memulai memberikan materi, sang trainer membuat permainan dengan tema “Name
Game”.
Permainan ini didesain agar antara
peserta yang satu dengan peserta yang lainnya bisa saling mengenal, atau paling
tidak bisa mengetahui asal usulnya. Kisah yang akan disampaikan trainer
tersebut hendaknya juga bersifat variatif, mungkin trainer bisa menceritakan
kisah perjalanannya menuju tempat pelatihan, atau cerita-cerita ringan lainnya
yang mungkin bisa sedikit mencairkan suasana.
B.
Prosedur
Trainer memberikan arahan kepada para
peserta pelatihan agar mereka berdiri Sampaikan kepada peserta bahwa mereka
akan melakukan permainan yang bertujuan agar peserta mengetahui nama peserta
lain, trainer memberikan bola pada masing-masing peserta, trainer memberikan
arahan dengan menjelaskan Tugas peserta adalah melemparkan bola ke siapapun
yang mereka inginkan sambil menyebutkan nama mereka. Jika si pelempar menyebutkan
nama dengan benar, peserta yang mendapat bola harus segera melemparkan bola ke
peserta lain. Jika salah, si penerima bola menyebutkan namanya terlebih dahulu
sebelum melempar bolanya ke peserta lain. Aturlah ritme permainan dari lambat
hingga semakin cepat. Hentikan setelah peserta cukup mendapat Bahan Diskusi
Melalui permainan tersebut, ada
unsur-unsur yang bisa digunakan sebagai pedoman untuk mengikuti pelatihan
tersebut. Ajaklah para peserta pelatihan untuk saling berdiskusi mengenai
unsur-unsur tersebut. Jawaban peserta kemudian ditulis dan dirangkum kedalam flip
chart/white board dan jangan dihapus selama pelatihan berlangsung. Melalui game
sederhana tersebut, biasanya peserta akan mampu menemukan sendiri hal-hal yang
harus mereka perhatikan selama mengikuti materi didalam pelatihan tersebut.
Unsur-unsur tersebut mencakup”
a. Kesungguhan
b. Keseriusan
c. Kejelian
d. Kerja
sama
e. Keterbuukaan
f.
Komunikasi yang efektif
g.
Semangat
C.
Pembahasan
Didalam
permainan ini, ada beberapa manfaat yang dapat kita ambil, di antaranya:
1.
Peserta bisa saling mengenal satu
sama lain.
2.
Peserta menjadi lebih
berkonsentrasi dan siap untuk belajar.
3.
Tutor dapat mengetahui kelebihan
dari masing-masing peserta.
4.
Mencairkan suasana yang tegang
menjadi lebih riang.
2. REHABILITASI SOSIAL
Rehabilitasi sosial adalah adalah suatu rangkaian
kegiatan profesional dalam upaya mengembalikan dan meningkatkan kemampuan
seseorang maupun kelompok yang mengalami masalah dalam menyesuaikan diri secara
sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar, dan dapat
menempuh kehidupan sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaannya.
Menurut The
National Council On Rehabilitation (1942), rehabilitasi sosial adalah
perbaikan atau pemulihan menuju penyempurnaan ketidakberfungsian fisik, mental,
sosial, dan ekonomi sesuai kapasitas potensi mereka.
Rehabilitasi
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1998:92 mengandung
makna pemulihan kepada kedudukan (keadaan, nama baik) yang dahulu
(semula) atau perbaikan anggota tubuh yang cacat dan
sebagainya atas individu supaya menjadi manusia yang berguna
dan memiliki tempat di masyarakat.
Jadi apabila
kata rehabilitasi dipadukan dengan kata sosial, maka rehabilitasi sosial bisa
diartikan sebagai pemulihan kembali keadaan individu yang mengalami
permasalahan sosial kembali seperti semula. Rehabilitasi sosial merupakan upaya
yang ditujukan untuk mengintegrasikan kembali seseorang ke dalam kehidupan
masyarakat dengan cara membantunya menyesuaikan diri dengan keluarga,
masyarakat, dan pekerjaan. Seseorang dapat berintegrasi dengan masyarakat
apabila memiliki kemampuan fisik, mental, dan sosial serta diberikan kesempatan
untuk berpartisipasi.
Tujuan utama rehabilitasi sosial adalah untuk membantu
seseorang dalam mencapai kemandirian optimal secara fisik, mental, dan sosial
yang sesuai dengan kemampuannya.
Rehabilitasi
sosial merupakan hak dasar bagi pengguna NAPZA, sesuai dengan Undang-Undang
nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Saat ini lembaga pelayanan dan
rehabilitasi korban NAPZA masuh sangat minim, tercatat 90 lembaga yang
menangani permasalahan tersebut. Disadari bahwa upaya penanganan masalah
penyalahgunaan NAPZA hanya dapat menghambat laju perkembangannya. Oleh karena
itu perlu kerjasama berbagai komponen terkait pelayanan dan rehabilitasi korban
NAPZA,masyarakat juga perlu untuk berperan aktif untuk mengatasi pengedaran
Narkotika.
3.
EVALUASI
Lembar Evaluasi
1.
Apa pendapat anda tentang pelatihan ini?
2. Bagaimana
dengan materi yang disampaikan narasumber?
3. Bagaimana
perasaan anda setelah mengikuti pelatihan ini?
4.
Apa harapan anda dalam pelatihan ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar